Sabar, bisakah?


Penkhotbah 7:8-9

     Pada suatu jumat petang sebuah mobil mogok di tengah-tengah kepadatan lalu-lintas, tepat pada saat lampu perempatan berubah menjadi hijau. Segala upaya pengemudi itu untuk menjalankan mesinnya gagal.

      Merasa frustrasinya seperti pengemudi-pengemudi lain yang ingin segera tiba di rumah atau di tempat tujuan akhir pekan, akhirnya dia keluar dan berjalan menuju mobil yang persis berada di belakangnya. Dia berkata, "maaf, mobil saya tidak dapat dijalankan. Jika anda dapat membantu, saya akan tinggal di sini dan membunyikan klakson untuk anda."

     Orang yang terus-menerus tidak sabar jarang membuat orang lain dapat berangkat lebih cepat atau datang lebih awal.

Sebaliknya, dampaknya hampir selalu negatif, bagi orang lain maupun bagi diri sendiri. Kecelakaan sering terjadi pada saat tergesa-gesa. Sakit kepala dan masalah kesehatan lainnya berkembang lebih cepat. Dan hubungan dapat menjadi tegang dengan mudah.

     Sebagai penangkal ketidaksabaran, cobalah beri waktu "sepuluh menit" kepada diri kita sendiri. Bangun sepuluh menit lebih awal, tinggalkan rumah sepuluh menit lebih dini, tiba sepuluh menit sebelum acara, dan seterusnya. Maka, kemungkinan besar kita akan tiba di penghujung hari dengan merasa jauh lebih santai.

"Kesabaran adalah kualitas yang kita kagumi dari pengemudi di belakang kita dan umpatan bagi pengemudi yang ada di depan" (AS)