Hemat atau Kikir?


(Amsal 11:24-31)

Ada seorang pelit meninggal. Entah bagaimana dia sampai di pintu surga. Di sana Petrus berdiri menyambut dia, “Selamat datang di surga, adakah sesuatu yang ingin kamu katakan sebelum masuk ke surga?”

“Em, bolehkah aku membawa 50 kg emasku bersamaku?” tanya si pelit. Tentu saja Petrus menolak dengan tegas, tetapi si pelit terus memaksa sehingga terjadi antrian panjang di pintu surga. Tiba-tiba radio komunikasi Petrus berbunyi, lalu dia melakukan sedikit pembicaraan.

“Oke, Tuhan bermurah hati,” kata Petrus, “kamu boleh membawa emasmu. Tetapi Dia hanya mengizinkan kamu membawa 10 kg saja. Bagaimana?” Si pelit berpikir sejenak lalu berkata, “Baiklah, daripada tidak sama sekali,” jawabnya dengan wajah lesu “Baiklah, silakan masuk ke surga” kata Petrus.

Lalu mulailah si pelit berjalan-jalan menikmati keindahan surga. Tetapi satu hal mengganggu hatinya. Ke mana pun dia pergi, dia melihat jalan yang dilalui terbuat dari emas. Tiba-tiba dia merasa bodoh dan ingin membuang emas yang selalu digendongnya ke mana-mana. Dia melihat ke kiri dan kanan lalu berniat meninggalkan emasnya di suatu pojok yang agak tersembunyi. Saat dia akan meletakkan emasnya, tiba-tiba ada sebuah suara yang bergemuruh di langit “TOLONG JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN!”

Ternyata emasnya hanya menjadi sampah di surga.

Dunia mengajarkan prinsip hidup bahwa jika seseorang ingin hartanya bertambah atau kaya maka ia haruslah menghemat dan terus memperoleh.  Prinsip berhemat itu bagus karena ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa hemat pangkal kaya.  Hemat artinya kita berhati-hati dalam hal mengelola uang, cermat dan tidak boros, namun banyak orang yang karena berhasrat kuat ingin cepat kaya atau memiliki harta berlimpah menghemat begitu rupanya dan cenderung menjadi orang yang sangat kikir.  Dan tak jarang orang berprinsip kalau lebih baik menerima daripada memberi, karena dengan menerima berarti kita memperoleh pemasukan dan keuntungan, sementara kalau memberi berarti harus kehilangan sesuatu, ada yang dikorbankan dan itu merupakan sebuah kerugian besar.

Prinsip dunia ternyata sangat bertentangan dengan prinsip firman Tuhan yang mengajarkan:  "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."  (Kisah 20:35).  Justru orang yang diberkati adalah orang yang suka memberi dan menabur harta.  Ayat nas menyatakan bahwa ada yang menyebar harta tetapi justru bertambah kaya.  Sementara ada orang yang menghemat secara luar biasa namun selalu berkekurangan.  Secara matematis orang yang menyebar harta seharusnya hartanya semakin berkurang dan lambat laun menjadi habis.  Itulah sebabnya orang dunia menganggap ajaran tersebut sangat tidak masuk akal;  dan menyedihkan lagi, banyak orang Kristen yang memilih untuk mengikuti prinsip dunia ini daripada apa yang Tuhan perintahkan.

Dengan demikian orang yang kikir adalah orang yang sengsara atau menderita, penimbun uang dan harta benda;  hati mereka terikat, diperhamba, dikuasai uang atau kekayaannnya.  Tujuan hidupnya hanyalah mengumpulkan uang dan kekayaan, tapi mereka sendiri tidak menikmatinya karena tidak pernah merasa puas, selalu merasa kurang dengan apa yang ada. (WKP)