Melakukan adalah Sebuah “AYO” Yang Sesungguhnya


( Matius 5 :16 )

 
Kurang lebih 1 tahun yang lalu, saya mulai mencoba rutin melakukan olahraga lari ( jarak menengah dan jauh). Rutin berolahraga bukanlah hal yang baru dalam hidup saya, beberapa jenis olahraga sudah terlebih dahulu saya tekuni sebelum saya menyukai olahraga lari jarak jauh ini. Memulai dengan usaha yang cukup berat, saya pun perlahan mulai menikmati olahraga lari ini hingga beberapa mengikuti perlombaan ( bukan untuk cari menang, tapi sekedar refreshing) menjadikan saya semakin menyukai olahraga ini. Bertolak belakang dengan saya yang hobi olahraga, Istri saya sangat sulit sekali diajak berolahraga, bahkan olahraga itu bagaikan sebuah siksaan baginya namun dia sangat mendukung kegiatan olahraga saya dengan beberapa kali ikut ketika ada pertandingan-pertandingan olahraga yang saya ikuti termasuk ketika saya mulai mengikuti kegiatan-kegiatan lomba lari jarak menengah maupun jarak jauh diapun selalu ikut menemani, tujuannya sih sebenarnya untuk refreshing dan ganti suasana untuk melepas kejenuhan rutinitas sehari-hari. 
Suatu waktu saya bertanya kepadanya, kamu coba aja ikut lomba lari mulai aja dari jarak pendek 5 km daripada hanya nungguin di garis finish, latihan dimulai dengan berjalan cepat dilanjutkan lari ringan. Ternyata tak mudah untuk meyakininya, butuh waktu 10 bulan lebih sampai suatu kali tiba-tiba ketika saya akan melakukan latihan lari sore dia mengatakan dia mau ikut latihan dengan catatan saya harus menemaninya sekuatnya dan jangan dipaksa. Kesepakatan pun terjadi dan  akhirnya sore itu saya menemaninya berlatih, dan memang saya melihat usaha yang sangat amat berat dirasakan olehnya, rasa pusing, keram, dan setumpuk perasaan tidak nyaman bereaksi dalam tubuhnya, namun kata-kata motivasi saya terus ucapkan selama latihan itu, sampai akhirnya dia menyelesaikan latihan sepanjang 5 Km, pujian saya sertakan dalam foto catatan waktunya membuat dia semakin termotivasi. Singkat cerita kini dia sudah mulai menikmati olahraga lari ini, bahkan dia kini lebih banyak berlatih dari saya dan bulan ini dan bulan depan sudah akan mengikuti even lomba lari bersama saya. Perubahan terjadi dalam tubuhnya, peningkatan performance, tubuh tersa lebih fresh, manfaat  kesehatan yang langsung dirasakan dan bonus bentuk tubuh semakin terlihat lebih baik menjadi motivasinya untuk tekun dan konsisten melakuan gaya hidup sehat ini.
Cerita diatas seolah membantu saya memahami bagaimana murid yang memuridkan itu? Ternyata mirip dengan hal yang saya alami dalam usaha mengajak istri saya untuk suka berolahraga. Ajakan-ajakan saya terhadap istri untuk berolahraga lari seakan percuma, selama dia belum melihat manfaat dan kebaikan yang dapat dirsakan dari aktivitas tersebut maka akan sulit bagi dia untuk tertarik melakukannya,  akan tetapi dengan terus saya tekun melakukan olahraga lari tersebut dan dengan terus mengajaknya saat kegiatan lomba lari (bukan langsung sebagai peserta tapi sekedar dia menikmati suasana lomba lari), ternyata dampaknya dapat menarik dia utuk memulai mau lari. Porsi latihan yang tepat dan tidak membebani terlalu berat perlahan membuat dia mulai menikmati olahraga ini.
  Murid yang memuridkan adalah murid yang melakukan terlebih dahulu ajaran-ajaran Kristus dalam hidupnya, ajaran-ajaran yang tercermin dari perilaku dan gaya hidupnya, bukan murid yang terus menerus hanya bercerita namun cerita tersebut tidak nampak dari perilaku kehidupannya.
 
Tuhan Yesus berkata:
“ Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” ( Matius 5:16 )
Terang yang memancar dari kehidupan kita adalah refleksi dari ketaatan kita sebagai murid Kristus, ketika terang itu memancar, maka akan terlihat oleh banyak orang, dan mereka pun akan memuliakan Bapa di sorga.
Menjadi murid Kristus yang sejati bukanlah mengejar tamat (lulus dan di wisuda), tapi selama kita masih di dunia ini, dan ke-lulusan kita sebagai murid ditentukan oleh apa yang telah kita lakukan sebagai murid. Dan sang Guru itu sendri, Dialah yang akan menilai apakah kita murid yang taat dan setia atau tidak.
Selamat menjadi murid yang memuridkan, Tuhan Yesus memandang kita dan menaruh belas kasihan-Nya kepada kita. {IA}